"Ya Allah Yang Memiliki Kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yg Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yg Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yg Engkau kehendaki dan engkau hinakan siapa yg Engkau kehendaki. Ditangan Engkau lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS Ali Imran [3]:26)
Terkadang kita tidak menyadari bahwa kekuasaan yang kita miliki baik sebagai pemimpin umat ataupun pemimpin rakyat ataupun pemimpin rumah tangga ataupun pemimpin perusahaan ataupun pemimpin siswa-siswa yang kita didik adalah sebuah amanah yang dapat menyelamatkan ataupun membinasakan kita kelak. Setiap pemimpin selalu identik dengan kekuasaan yang dilingkupinya. Dan kekuasaan inilah yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak oleh Allah. Apakah kekuasaan itu telah kita jalankan dengan adil dan bijaksana ataukah secara dzalim dan penuh dengan kebathilan. Orang-orang yang pernah kita pimpin akan datang kepada kita kelak dihadapan Allah Azza wa Jalla. Bisa jadi mereka akan menjadi saksi yang meringankan kita karena kita telah membawa kebaikan kepada mereka. Bisa jadi pula mereka menuntut dihadapan Allah akan keadilan yang tidak mereka dapatkan bagai jauh panggang dari api selama dalam kepemimpinan kita.
Kekuasaan bukanlah sebuah hadiah atau hasil jerih payah yang telah kita raih. Kekuasaan adalah sebuah amanah yang bersumber dari Allah Azza wa Jalla yang juga merupakan ujian hidup. Ia dapat menjadi sumber kebaikan ataupun sumber keburukan. Berapa banyak pemimpin yang awalnya begitu disanjung dan dipuji, tapi pada akhirnya menuai kehinaaan. Ia dikucilkan bagai sang pesakitan yang tak terlihat sedikitpun kebaikan yang pernah diperbuatnya. Sebaliknya pemimpin yang adil itu bagai setangkai bunga yang harum mewangi mewarnai setiap relung jiwa orang-orang yang dipimpinnya. Namanya selalu hidup dan selalu menjadi buah bibir yang tak habis untuk dibicarakan.
Rasulullah Saw bersabda, "Kalian semua adalah pemimpin, yang akan diminta pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas orang-orang yang dipimpinnya. Suami adalah pemimpin keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu. Demikian juga istri yang merupakan pemimpin dirumah suaminya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola dan memelihara harta tuannya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Hendaklah kita selalu menjadikan kekuasaan yang kita miliki sebagai sebuah sumber amal shaleh dalam melangkah. Seorang suami akan selalu membawa kebaikan bagi istri dan anak-anak yang dipimpinnya. Demikian juga dengan istri akan selalu membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi suami dan anak-anak serta pelayan-pelayan rumah tangga yang berkerja untuk mereka. Demikian juga dengan seorang pekerja yang memiliki bawahan, ia akan menjadi sumber inspirasi dan kebaikan bagi mereka. Sikapnya yang selalu adil dan bijaksana akan selalu membawa kenangan manis bagi siapapun yang dipimpinnya. Demikian juga seorang guru yang selalu dapat menjadi inspirasi dan sumber ilmu bagi murid-murid yang mendapat pengajarannya. Hidup ini akan terasa indah jika diisi oleh amal shaleh yang bergema keindahannya melintasi relung jiwa orang-orang yang dapat merasakannya. Sang pemimpin akan terus menyebarkan kebaikan sedang orang-orang yang dipimpinnya akan terus merasakan manfaat yang tiada habis-habisnya. Bagai sebuah ikatan bathin yang erat dan menyatu hingga membuat keduanya selalu ingin tersenyum saat merasakannya.
Satu hal yang selalu menjadi renungan bagi kita. Janganlah kekuasaan itu menjadi sumber penyesalan. Dihadapan sahabat-sahabatnya Rasulullah Saw pernah menyampaikan yang bersumber pada Abu Hurairah ra. Nabi bersabda, "Sesungguhnya kalian berambisi untuk meraih suatu kekuasaan, tapi pada hari kiamat kelak kekuasaan itu menjadi sumber penyesalan." (HR Bukhari)
No comments:
Post a Comment