“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabb mu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini (pasti) memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zumar [39]:10)
Pernahkah kita bertanya kepada diri kita, Bagaimanakah kehidupan ini telah kita lalui? Bandingkanlah diri kita dengan jalan kehidupan yang telah ditempuh oleh hamba-hamba Allah dimana di dalamnya Adam as merasa keletihan; Nuh as merasa dikalahkan dan menangis mengadu kepada Rabb nya; Khalilullah Ibrahim as dicampakkan ke dalam api dengan tetap istiqamah; Ismail as ditelentangkan untuk disembelih; Yusuf as dijual dengan harga yang murah dan mendekam dalam penjara untuk waktu yang lama; Ayyub as kehilangan anak-anak yang disayangi dan hartanya serta menderita penyakit yang harus dijalaninya sendirian; Daud as menangis melebihi ukuran ketika diuji dengan kesusahan dan kepayahan; Sulaiman as merasa tidak berdaya diatas singgananya kehilangan kekuasaan karena penghianatan; Isa as dalam kecemasan yang luar biasa ketika dikejar oleh tentara Rumawi; Dan Rasulullah saw harus berhijrah demi menyelamatkan aqidahnya dan pengikutnya serta berpisah dengan orang-orang yang dicintainya!
Dalam kehidupan ini ujian datang silih berganti sebagai sebuah ketentuan qadha dan qadar yang telah Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan untuk hamba-hamba-Nya. Sebuah ujian kasih sayang untuk membuktikan apakah hamba-hamba-Nya itu telah benar keyakinannya terhadap-Nya?
Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam ujian) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al Baqarah [2]:214)
Tidak ada perkara yang lebih agung untuk menghadapi segala bentuk ujian itu selain kesabaran. Allah ‘Azza wa Jalla memakai kata-kata ‘Sabran Jamila’ di QS Al Maa’rij [70]:5 yang berarti ‘kesabaran yang indah’. Kata-kata ini bukannya tanpa makna sebab Allah Azza wa Jalla menghendaki hamba-Nya untuk tetap berpikir positif terhadap apapun yang ditentukan-Nya. Roda kehidupan akan terus bergulir. Ketika berada dibawah, kita hanya menunggu saat untuk berada di atas. Dan ketika kita berada diatas, hal ini hanya sementara sebelum kita berada di bawah kembali. Tidak ada suatu ujian pun yang kekal di dunia ini.
Begitu banyak manusia yang hidup di dunia ini menginginkan agar hidupnya selalu sesuai dengan kenginan dan harapannya. Ketika kita tidak lagi memiliki kehidupan yang sesuai dengan keinginan dan harapan, kita jadi kecewa, merintih dan marah. Kita menyalahkan diri kita dan semua orang yang ada disekeliling kita. Kita merasa tertekan dan depresi serta menjauhi semua orang.
Bercerminlah kepada Khalifah Umar Ibn Khatab ra. Ketika dalam 40 hari 40 malam ia merasakan nikmat tanpa ada kesulitan atau kesusahan sedikitpun, Umar menyungkur bersujud kepada Allah SWT sambil berkata, “Ya Allah jangan Engkau tinggalkan aku. Jangan Engkau biarkan aku tersesat tanpa ujian Mu.”
Demikian juga dengan seorang sahabat Rasulullah saw yang terkenal kaya, Abdurrahman bin ‘Auf ra, salah seorang sahabat yang dijamin oleh Nabi bersama dengannya di surga kelak. Setiap kali Abdurrahman dihidangkan makanan lezat yang melebihi kebiasaan yang ia makan, ia menolaknya dan berkata, “Yang kutakutkan dalam hidup ini adalah Allah ‘Azza wa Jalla mempercepat memberi nikmat kepadaku di dunia ini, sedangkan di akhirat nanti aku tidak memperoleh apapun lagi karena Allah sudah pernah memberikannya kepadaku!”
Kesabaran akan mendatangkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-Nya. Jika Allah sudah ridha, maka hidayah, kasih sayang, pertolongan, karunia, ketentraman dan keberkahan hidup itu akan menghinggapi kehidupan sang hamba. Seorang ulama klasik pada zamannya yang bernama Sufyan Ats-Tsauri pernah kedatangan seorang muridnya dan bertanya, “Wahai imam, aku ingin agar Allah ridha kepadaku, apa yang harus aku lakukan?” Sufyan menjawab, “Jika engkau ridha kepada Allah, niscaya Dia akan ridha kepadamu.” Tapi bagaimana caranya?” Tanya sang murid lagi. Sufyan menjelaskan, “Pada saat engkau dibuat senang terhadap mushibah sebagaimana senangnya engkau terhadap nikmat Allah. Sebab keduanya merupakan takdir yang telah ditetapkan Allah atasmu.”
Bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan menemui kita adalah bulan kesabaran. Kita diperintahkan untuk menahan segala hawa nafsu kita untuk tidak makan, minum, berhubungan suami-istri dan lain-lain adalah untuk melatih kesabaran kita dalam menjalani hidup ini. Allah Maha Tahu bahwa kesabaran adalah hal yang paling dibutuhkan untuk mengarungi sebuah kehidupan yang melalaikan ini. Belajarlah untuk sabar, maka kita akan menemui sebuah keindahan dalam kehidupan ini. Keindahan yang tidak akan pernah sebanding dengan sebanyak apapun harta yang kita miliki atau kekuasaan yang kita pegang.
Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu sedang berpuasa, janganlah berkata keji (memaki) dan jangan marah. Apabila ada orang yang mencaci dan mengajakmu bertengkar, hendaknya kamu katakan, ‘Aku sedang berpuasa’. (HR Bukhari dan Muslim)
Yang fakir kepada ampunan
Rabb-Nya Yang Maha Berkuasa
M. Fachri